PKL UNIMAS Mojokerto

PKL UNIMAS Mojokerto
Bedugul Bali

Rabu, 04 Januari 2012

DLA

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN SAMBUTAN/KHOTBAH MELALUI STRATEGI DIRECT LISTENING ACTIVITY (DLA) di SMA

Oleh: Dra. Hj. Cicik Sriwidyastuti Siswandari, M.Pd
Mojokerto

Kebanyakan pendidik kurang percaya diri untuk mengajarkan menyimak di ruang kelas. Penelitian dengan jelas menunjukkan fakta bahwa kemampuan menyimak itu dapat dan harus diajarkan di kelas  menurut Jacobs, 1986, dan Strother, 1987 (dalam Farris, 1993), tetapi pendidik sedikit menerima atau melatih bagaimana cara mengajarkan menyimak kepada peserta didiknya. Hal ini dialami oleh peneliti yang mengalami kesulitan untuk menentukan apakah seorang peserta didik dapat menerima pesan atau tidak dengan baik dalam pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dan meringkas isi sambutan ke dalam sebuah paragraf. Penelitian ini menggunakan strategi Direct Listening Activity (DLA). Diharapkan strategi ini dapat menjawab bagaimanakah peningkatan kemampuan mendengarkan Sambutan/Khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf dengan Strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi
Komunikasi (CD).

Kata kunci: (1) menyimak, (2) strategi pembelajaran mendengarkan sambutan/ khotbah, (3) 
Direct Listening Activity, dan (4) Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah melalui
Direct Listening Activity.


Peneliti sebagai pendidik yang mengajarkan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf di ruang kelas merasakan kegagalan dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata kesulitan peserta didik belajar mendengarkan sambutan/khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf disebabkan oleh ketidakmampuan peserta didik mencatat hal-hal yang penting dalam teks yang didengar atau pokok-pokok isi sambutan/khotbah yang didengarkan. Fakta kesulitan tersebut ditemukan pada catatan peserta didik. Peserta didik ternyata belum dapat menentukan hal-hal yang penting atau pokok-pokok isi sambutan/khotbah yang perlu dicatat atau yang tidak perlu dicatat. Catatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu, (1) tidak ada catatan, (2) sedikit catatan, dan (3) kecenderungan mencatat semua bunyi teks yang didengar.
Penelitian ini menggunakan mendengarkan komprehensif, sebab mendengarkan sambutan/khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf sesuai dengan indikator pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah: (1) mengetahui tujuan pembicara, (2) mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah, (3) mendiskusikan pokok-pokok isi sambutan/khotbah dengan teman sekelompok, (4) menyampaikan pokok-pokok isi sambutan/khotbah atau pesan secara lisan di depan ruang kelas yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, dan (5) menulis ringkasan pokok-pokok isi dan pesan sambutan sesuai penalaran masing-masing dalam sebuah paragraf.
Melalui strategi Direct Listening Activity dengan media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) ini peserta didik dapat dipandu untuk menentukan hal-hal yang penting atau pokok-pokok isi sambutan/khotbah dan pesan pembicara dalam teks sambutan. Fakta tentang peserta didik yang tidak memiliki catatan, peserta didik yang memiliki sedikit catatan, dan peserta didik yang berkecenderungan mencatat semua bunyi teks yang didengar akan berubah menjadi peserta didik yang mempunyai catatan yang runtut dan lengkap.   Pengimplementasian strategi Direct Listening Activity dengan media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) ini menggunakan pendekatan kualitatif Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas digunakan oleh peneliti sebab peneliti adalah pendidik yang mempunyai masalah dalam pembelajaran mendengarkan sambutan/ khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf di ruang kelas. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas karena Penelitian Tindakan Kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme pendidik dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas (Suyanto, 1996). Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, bahwa pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dapat ditingkatkan secara optimal. Secara umum, permasalahan penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Mendengarkan Sambutan/Khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf dengan Strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD)?”. Atas dasar permasalahan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan  kemampuan mendengarkan sambutan/khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembelajaran kemampuan mendengarkan sambutan/khotbah yang didengarkan dan meringkas isinya dalam sebuah paragraf dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD). Manfaat penelitian ini dapat mendukung teori-teori pembelajaran mendengarkan/menyimak yang telah ada.

Menyimak
Pendidik-pendidik dapat menggunakan beberapa teknik dalam keberadaan peserta didik untuk menjadi penyimak yang lebih baik. Seorang pendidik harus dapat mempromosikan suatu sikap dengan menciptakan lingkungan yang dapat membuat peserta didik meminati latihan menyimak dengan menyenangkan. Pertanyaan-pertanyaan harus dikembangkan untuk membuat peserta didik lebih berminat untuk menyimak sebuah pesan dari pembicara dan keramaian harus dikurangi. Pendekatan yang tepat dapat diciptakan oleh pendidik untuk pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah yang membutuhkan suatu interaksi yang baik antara peserta didik sebagai penyimak dengan pembicara. Interaksi tersebut membantu peserta didik untuk menjadi penyimak yang efektif. Berikut  ini dapat membantu peserta didik sebagai penyimak yang efektif, (1) berbicara dengan jelas secara langsung, dan menghindari berbicara pada saat menulis di papan tulis, (2) melihat wajah peserta didik untuk meyakinkan apakah dia mengerti atau tidak apa yang dijelaskan, (3) memulai dengan bahan yang berhubungan dengan pengetahuan yang umum, menggambarkan materi tersebut, merangkainya secara logis, dan menutup dengan ringkasan, (4) memberi perintah yang jelas akan menghindari dua pengertian, (5) mendorong peserta didik untuk memberi pertanyaan, (6) menekankan materi penting melalui pengulangan, dan menggunakan gambaran bantuan visual: seperti chart, model, catatan di papan tulis, dan OHP atau LCD.
Funk dan Funk (1989) memberi empat saran untuk mengembangkan kemampuan menyimak di kelas, (1) pendidik harus menyampaikan tujuan menyimak, (2) menciptakan suasana kelas yang kondusif, (3) pendidik harus memberikan tindak lanjut dengan segera setelah kegiatan menyimak, dan (4) pendidik harus menggunakan teknik yang dapat mengembangkan “menyimak”.
Pendidik mendorong peserta didik untuk kreatif dan mempunyai pemikiran yang berbeda dengan memakai cara khusus yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dalam hal ini pendidik harus membantu peserta didik untuk mengembangkan hal-hal terpenting dalam pertanyaan yang berhubungan dengan ide, dan dalam mengambil keputusan, perbandingan, perbedaan, dan mengevaluasi ide. Pendidik harus mencari respon yang benar untuk meggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Ada beberapa tingkatan dalam menyimak, yaitu (1) marginal listening, (2) apresiatif listening, (3) attentive listening, dan  (4) critical listening.
1) Marginal listening
Seseorang mampu membedakan suara orang dari keramaian jalan. Pendidik secara berlanjut menggunakan marginal atau latar belakang menyimak untuk memastikan bahwa semua akan menjadi baik. Keadaan terlalu tenang atau ribut dapat menjadi kacau dalam belajar. Saat ini zaman dunia elektronika, beberapa peserta didik menemukan bahwa mereka dapat lebih sukses dalam belajar dalam keadaan yang ramai dengan musik. Beberapa peserta didik dalam ruang yang tenang saat belajar ternyata tidak berhasil dalam proses belajar.
2) Apresiatif Listening
Seseorang dapat mendengarkan: pembicara, penyanyi, menikmati musik, juga dapat mendengar aktor dalam sandiwara drama, seorang teman yang menceritakan hal yang lucu. Peserta didik harus menyaksikan penggunaan tekanan, pola, dan jenjang waktu oleh pembicara agar menjadi pendengar yang baik.
Dalam hal ini pendidik harus sering memperhatikan kebutuhan tentang menggunakan perkembangan kemampuan apresiasi listening. Walaupun pendidik sering mendapat hasil bahasa kurang baik yang dilakukan secara lisan oleh peserta didik, dan peserta didik sering gagal untuk mengenali seluk beluk dari pentingnya apresiasi listening. Teknik yang dapat digunakan untuk kemampuan apresiasi listening yaitu termasuk mengidentifikasi ritme sajak, mengevaluasi efek dari bermacam-macam arti puisi, dan perkembangan kemampuan untuk menggambarkan nada dan suara hati (termasuk mengapresiasi lagu rakyat). Ada beberapa keuntungan dari apresiasi listening, yaitu: (1) mengizinkan untuk memberikan keikutsertaan yang bermutu ke peserta didik, (2) memperkenalkan mereka pada konsep dan pengalaman, (3) bermacam-macam buku tentang perbedaan sastra untuk mempengaruhi minat belajarnya.
3) Attentive Listening
Keberhasilan dari konsentrasi dan interaksi pada pendengar untuk memastikan pemahaman tentang pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di tingkat ini penyimak harus mengkatagorikan, memeriksa, mengevaluasi, menghubungkan pertanyaan dan pengorganisasian informasi dan mampu menjalankan di masa yang akan datang. Attentive Listening mungkin termasuk mendapat petunjuk secara lisan suatu tempat yang tidak dikenal, melihat berita pukul 06.00 di TV, menerima telepon dari jarak jauh, menghadiri kuliah tentang “penyelamatan air”. Strategi yang sesuai dalam  keberhasilan untuk menerima pesan adalah pendengar harus tahu tujuan sebelum mendengarkan.
Peserta didik mengetahui tujuan menyimak, oleh sebab itu mereka harus mengembangkan sistem untuk memahami pesan pembicaraan keseluruhan, walaupun hal ini tidak mungkin bagi peserta didik untuk menghafal dengan tepat kata-kata dari pesan tersebut. Penyimak hanya menyimak yang penting-penting saja, maka peserta didik harus diajarkan strategi attentive listening. Untuk menghubungkan pesan pembicara ke individu dibutuhkan pengetahuan pendengar tentang mengkatagorikan dan mengatur informasi awal. Peserta didik menyimak membutuhkan suatu ingatan apa yang telah mereka ketahui tentang topik utama dan peserta didik harus mencoba untuk menghubungkan pokok-pokok isi pesan yang disampaikan oleh si pembicara dengan informasi tersebut. Kenyataannya, seseorang dapat mendengar lebih cepat daripada berbicara.
Penyelidikan tentang prosedur pemahaman dikembangkan oleh Mary Shoop (1986) yaitu menggunakan kedua cara baik menyimak maupun membaca, misalnya dengan cara spontanitas, karena pendekatan tersebut memotivasi peserta didik untuk aktif memonitor apa yang telah mereka ketahui dan yang tidak mereka ketahui selama menyimak. Caranya, pendidik membaca cerita lalu berhenti pada titik kritik, ketika dia mencapai titik, pendidik memberitahukan secara spontanitas tentang peristiwa yang terjadi dan menunjuk seorang peserta didik atau dua orang peserta didik sebagai karakter utama dan lainnya sebagai reporter. Peserta didik yang sebagai penyelidik mencari penafsiran cerita tersebut. Pernyataan reporter merupakan karakter utama, dan kemudian mengevaluasi jawaban mereka melalui wawancara informasi. Reporter menyelidiki untuk memulai mengantisipasi dan memperkirakan peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut.
Peserta didik pada tingkat terampil harus juga mempelajari bagaimana untuk memperhatikan jika dia mengharapkan suatu pesan yang merupakan isi dari tiga katagori utama. Mereka dapat menulis judul yang cocok di masing-masing kertas tiga lembar. Mereka dapat membentuk frase atau single words di atas masing-masing kolom di selembar kertas dari masing-masing katagori.
4) Critical Listening
Menyimak untuk menganalisis dan mengevaluasi pesan si pembicara. Strategi ini digunakan untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan input auditory, pendengar harus merenung untuk memproses pesan tersebut tidak seperti pemahaman yang terpisah. Menyimak pada umumnya ditekankan dalam strategi attentive listening. Proses dalam termenung tersebut dapat berhasil mengembangkan kesimpulan yang lebih luas. Penyebab dan pengaruh perbandingan, pengevaluasian, maupun  pertimbangan dari pesan pembicara, seperti beberapa kegiatan yang merupakan hal yang komplek/lengkap dibandingkan yang telah ditemukan pada tingkat menyimak lainnya, dan lebih bergantung pada kemampuan berfikir peserta didik yang pandai (Goss, 1982 b).
Hal ini muncul pada peserta didik yang lebih dewasa yang sering menggunakan menyimak kritis untuk menyimpulkan sebuah peristiwa berdasar pada penganalisisan, misal memilih presiden, membeli mobil baru atau memilih film untuk dilihat. Hal tersebut bergantung besarnya reaksi kritis dan pemahaman dari pesan tersebut. Bagaimanapun peserta didik juga sering menggunakan critical listening misal, ketika seorang anak mengadakan kompromi dengan temannya untuk penyelesaian masalah.
Pendekatan menyimak ada dua yaitu Direct Listening Activity dan Direct
Listening Thinking Activity. Kedua pendekatan ini cocok dikembangkan saat ini, Direct Listening Activity cocok untuk individu, kelompok kecil atau besar, sedang Direct Listening Thinking Activity sangat cocok untuk kelompok yang terdiri atas 6 atau 8 peserta didik.
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam Direct Listening Activity: pre listen, listen, follow up (Cunningham, Cunningham & Arthur, 1981). Sebelum menyimak peserta didik diberi arahan tentang tujuan yang ingin dicapai, seperti menentukan ide utama, kesimpulan, arti kata-kata baru, denotasi, konotasi dan sebagainya. Pendidik kadang tidak menjelaskan hal tersebut dalam menyimak. Tanpa penjelasan itu peserta didik tidak dapat memilih strategi untuk berlatih menyimak.

Strategi Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah
Ada enam strategi mendengarkan yang dapat dipelajari dan digunakan oleh para peserta didik adalah menciptakan imajinasi, membuat kategori, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengorganisir, membuat catatan, dan mengarahkan perhatian. Strategi-strategi ini terutama ditujukan pada mendengarkan komprehensif, namun juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mendengarkan lainnya. Tujuan dari masing-masing strategi adalah untuk membantu para peserta didik mengorganisir dan mengingat apa yang mereka dengarkan.
Strategi 1: Membentuk sebuah gambar pada pikiranmu. Para peserta didik dapat menggambarkan sebuah gambar mental sambil mendengarkan untuk membantu mereka mengingat-ingat. Strategi imajinatif khususnya bermanfaat jika pesan dari seorang penutur mempunyai imaji-imaji visual, kata-kata kunci, atau deskriptif, dan jika para peserta didik mendengarkan untuk hiburan. Ceritera-ceritera dan gambar-gambar membantu mengajarkan peserta didik-peserta didik untuk menciptakan imajinasi, dan peserta didik-peserta didik dapat menggambar atau menulis tentang gambar-gambar mental yang mereka ciptakan.
Strategi 2: Menempatkan informasi ke dalam kelompok-kelompok. Para peserta didik dapat membuat kategori seperti pada informasi kelompok jika pesan dari penutur berisi banyak penggalan informasi, perbandingan-perbandingan, atau kontras. Para peserta didik dapat menggunakan strategi ini, sebagai contoh, ketika mereka mendengarkan tentang suatu perbandingan mengenai reptil dan amphibi. Pendidik dapat membuat sebuah bagan dengan dua kolom di papan tulis, membuat label (kode) satu kolom reptile dan kolom lainnya amphibi. Kemudian bersama-sama, pendidik dan para peserta didik membuat catatan-catatan di kolom-kolom selama dia mendengarkan atau segera sesudahnya. Demikian juga, para peserta didik dapat membagi selembar kertas ke dalam dua kolom dan membuat catatan-catatan sendiri.
Strategi 3: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Para peserta didik dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pesan dari seorang penutur. Dua tipe pertanyaan sangat membantu, peserta didik dapat meminta kepada penutur untuk mengklarifikasikan informasi, atau mereka dapat meminta kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan untuk memantau pendengaran dan pemahaman mereka. Sebagian besar peserta didik sudah sangat mengetahui dengan baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari seorang penutur, tetapi ide  tentang menanyakan kepada diri sendiri biasanya memang baru bagi mereka. Mengembangkan suatu daftar tentang pertanyaan kepada diri sendiri (self question) yang serupa dengan yang berikutnya untuk membantu peserta didik memahami prosedur bertanya kepada diri sendiri dan bagaimana memantau pemahaman mereka.
Mengapa saya mendengarkan pesan tersebut?
Apakah saya mengetahui tentang apa artinya............?
Apakah informasi ini berarti bagi kami?
Strategi 4: Menemukan perencanaan. Para penutur menggunakan salah satu tipe organisasi pada struktur sebuah pesan. Lima pola organisasi yang lazim adalah deskripsi, urutan, perbandingan, sebab akibat, dan problem serta solusi. Peserta didik dapat belajar untuk mengetahui pola-pola ini dan menggunakannya untuk memahami dan mengingat suatu pesan dari penutur  secara lebih mudah. Mereka dapat mengembangkan pengorganisir-pengorganisir grafik untuk masing-masing pola organisasional (Smith & Tompkins, 1988). Pengorganisir-pengorganisir grafik membantu para peserta didik memvisualisasikan organisasi dari sebuah pesan. Kutipan-kutipan dari kajian-kajian sosial dan buku-buku teks tentang ilmu pengetahuan serta dari buku-buku informasional dapat digunakan dalam mengajarkan strategi ini.
Para penutur seringkali menggunakan kata-kata tertentu untuk menandai pola-pola organisasional yang mereka ikuti. Kata-kata  penanda meliputi pertama, kedua, ketiga, berikutnya, sebaliknya, dan dalam rangkuman. Para peserta didik dapat belajar untuk memperhatikan tanda-tanda atau signal-signal ini untuk mengidentifikasi pola organisasional penutur dalam menggunakan serta memahami dengan lebih baik sebuah pesan.
Strategi 5: Membuat catatan: tulislah informasi yang penting. Pembuatan catatan membantu peserta didik menjadi pendengar-pendengar yang lebih aktif. Devine (1981: 150) menggambarkan pembuatan catatan sebagai “merespon dengan pena di tangan”. Minat peserta didik dalam pembuatan catatan dimulai dengan kesadaran bahwa mereka tidak dapat menyimpan jumlah informasi yang tidak terbatas di dalam pikiran mereka, mereka memerlukan beberapa jenis sistem penyimpanan eksternal. Banyak dari strategi-strategi mendengarkan mengharuskan para pendengar untuk membuat catatan-catatan tertulis tentang apa yang sedang mereka dengar. Pengambilan catatan adalah sebuah istilah umum untuk menggambarkan strategi ini. Pengambilan catatan seringkali dianggap sebagai suatu mencatat atau membuat garis besar, tetapi catatan-catatan juga dapat ditulis dalam kelompok.
Informasi yang diambil peserta didik ke dalam catatan bergantung kepada tujuan mereka untuk mendengarkan. Dengan demikian, adalah penting bahwa para peserta didik memahami tujuan untuk mendengarkan sebelum mereka memulai mengambil catatan. Beberapa tugas mendengarkan mengharuskan untuk mencatat ide-ide pokok atau terinci, tugas-tugas lainnya mengharuskan untuk mencatat urutan, sebab akibat, atau perbandingan-perbandingan.
Sebagian besar buku-buku teks tentang seni bahasa membatasi pengajaran di dalam pengambilan catatan untuk mengambil catatan dari buku-buku teks dan meteri-materi referensi (Tompkins, Smith, & Friend, 1984). Namun demikian, pengambilan catatan dari seorang penutur, para peserta didik tidak dapat mengontrol kecepatan yang informasi disajikan. Mereka biasanya tidak dapat mendengarkan lagi pada seorang penutur untuk melengkapi catatan-catatan, dan struktur dari presentasi lisan seringkali tidak seformal yang ada pada materi-materi tercetak. Para peserta didik perlu menyadari tentang perbedaan-perbedaan ini sehingga mereka dapat menyesuaikan sistem pengambilan catatan pada model atau gaya penyajian tersebut.
Strategi 6: Mendapatkan isyarat-isyarat dari penutur. Para penutur menggunakan isyarat-isyarat visual dan verbal untuk membawakan pesan-pesan mereka dan mengarahkan perhatian para pendengar mereka. Isyarat-isyarat visual, meliputi “gesturing”, menulis atau menggarisbawahi informasi penting di papan tulis, dan mengubah ekspresi-ekspresi wajah. Isyarat-isyarat verbal meliputi: berhenti sejenak, meninggikan atau merendahkan suara, memperlambat ujaran untuk menekannya pokok-pokok pesan yang penting. Secara mengejutkan banyak para peserta didik yang tidak menyadari tentang perilaku-perilaku yang mengarahkan perhatian ini, jadi pendidik-pendidik harus menyatakannya. Setelah para peserta didik menyadari isyarat-isyarat ini, mereka dapat menggunakannya untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu pesan.
Untuk memahami sebuah pesan yang mereka dengarkan, para peserta didik perlu mempelajari suatu strategi pendekatan yang melibatkan kegiatan-kegiatan sebelumnya, selama, dan sesudah mendengarkan. Para peserta didik harus belajar menggunakan enam strategi mendengarkan.
1) Memperkenalkan strategi. Menjelaskan strategi mendengarkan, bagaimana digunakan, dan tipe-tipe tentang kegiatan-kegiatan mendengarkan yang paling efektif. Mengembangkan suatu karakteristik atau langkah-langkah, sebagai contoh, informasi tentang pola-pola organisasi dapat dicatat pada sebuah bagan bagi peserta didik untuk menjadikan acuan.
2) Mendemonstrasikan strategi. Demonstrasikan strategi Anda ketika Anda memberikan penyajian lisan atau ketika peserta didik mendengarkan pada sebuah penyajian tape yang direkam atau film. Hentikan penyajian secara periodik untuk berbicara keras tentang apa yang dilakukan seseorang mendengarkan, tanyakan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan, dan ambillah catatan-catatan, dan temukan isyarat-isyarat. Setelah menyelesaikan kegiatan tersebut, bahaslah penggunaan strategi Anda dengan para peserta didik.
3) Mempraktikkan strategi. Suruhlah para peserta didik untuk menirukan strategi pada waktu penyajian lainnya. Hentikan presentasi secara periodik untuk meminta para peserta didik menggambarkan bagaimana mereka mendengarkan. Setelah beberapa presentasi kelompok besar, para peserta didik dapat bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, dan selanjutnya secara individual mereka berlatih tentang strategi tersebut.
4) Meninjau Kembali Strategi. Setelah masing-masing kegiatan mendengarkan, menyuruh peserta didik untuk menjelaskan strategi tersebut dan bagaimana menggunakannya.
5) Mengajarkan Strategi Lain. Sajikan berbagai kegiatan mendengarkan dan suruhlah para peserta didik bereksperimen untuk menentukan jika strategi tersebut adalah efektif atau jika suatu strategi mungkin lebih baik. Perkenalkan strategi tambahan untuk memenuhi tujuan-tujuan mendengarkan lainnya. Setelah menyajikan keenam strategi seluruhnya dan membiarkan para peserta didik mempraktikkannya, lanjutkan ke langkah berikutnya.
6) Terapkan Strategi-Strategi Tersebut. Setelah para peserta didik mengembangkan suatu tugas persediaan dari enam strategi mendengarkan, mereka perlu belajar menyeleksi suatu strategi yang cocok untuk tujuan-tujuan khusus mendengarkan. Pilihan-pilihan tersebut bergantung pada tujuan-tujuan pendengar dan penutur. Meskipun para peserta didik harus memutuskan strategi mana yang digunakan sebelum mereka mulai mendengarkan,  mereka perlu terus memantau pilihan mereka selama dan sesudah mendengarkan. Peserta didik dapat menghasilkan sebuah daftar tentang pertanyaan untuk mengarahkan mereka memilih suatu strategi dan memantau efektivitasnya. Menanyakan kapada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti berikut sebelum mendengarkan akan membantu mereka memilih suatu strategi belajar.
Apakah tujuan penutur?
Apa tujuan saya untuk mendengarkan?
  Apa yang akan saya lakukan dengan apa yang akan saya dengarkan?
Apakah saya akan perlu mengambil catatan?
Strategi-strategi mana yang dapat saya gunakan?
Yang mana yang akan saya seleksi?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang mungkin untuk digunakan selama mendengarkan.
Apakah strategi saya masih jalan?
Apakah saya menempatkan informasi ke dalam kelompok-kelompok?
Apakah penutur memberikan saya isyarat-isyarat tentang organisasi pesan?
Apakah penutur memberikan saya isyarat-isyarat nonverbal, seperti misalnya isayarat-isyarat (gestures) dan ekspresi-ekspresi wajah?
Apakah suara-suara penutur memberikan saya isyarat-isyarat?
Pertanyaan-pertanyaan ini cocok setelah mendengarkan.
Apakah saya mempunyai pertanyaan-pertanyaan untuk penutur?
Apakah semua bagian dari pesan tidak jelas?
Apakah catatan-catatan saya lengkap?
Apakah saya membuat suatu pilihan strategi-strategi yang baik? Mengapa ya, mengapa tidak?  (Tompkins, Frend, & Smith, 1987: 39).
Ulangi kelima pertanyaan pertama dari strategi instruksional ini untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana memilih suatu strategi yang tepat untuk berbagai kegiatan-kegiatan mendengarkan.
Tindakan-tindakan pendidik seringkali menentukan apakah para peserta didik memahami tentang apa yang sedang mereka dengarkan. Dengan menggunakan suatu strategi mendengarkan yang terarah dengan sebelum, selama, dan setelah mendengarkan komponen-komponen adalah krusial. Sebelum mendengarkan, pendidik-pendidik harus meyakinkan kepada para peserta didik bahwa mereka mempunyai latar belakang informasi dan selanjutnya, ketika mereka menyajikan informasi baru, mereka menghubungkannya dengan latar belakang informasi tersebut. Pendidik-pendidik menjelaskan tujuan-tujuan dari kegiatan mendengarkan dan menyarankan tentang tipe strategi apa yang dapat digunakan oleh para peserta didik untuk meningkatkan pemahaman mereka. Sewaktu para peserta didik mendengarkan, pendidik-pendidik dapat menggambar pengorganisir grafik pada papan tulis dan menambahkan kata-kata kunci untuk membantu mereka mengorganisir informasi, atau setelah mendengarkan. Pendidik-pendidik harus menggunakan isyarat-isyarat visual dan verbal untuk mengarahkan perhatian para peserta didik. Akhirnya, setelah para peserta didik mendengarkan, pendidik harus memberikan kesempatan-kesempatan untuk menerapkan informasi baru.

Direct Listening Activity
Dalam Direct Listening Activity pendidik diberi kesempatan untuk memfokuskan satu atau dua kemampuan menyimak. Tujuan Direct Listening Activity untuk meningkatkan kemampuan menyimak, yaitu peserta didik mampu mengorganisasikan dan mengklasifikasikan serta membuat kesimpulan tentang isi pesan pembicara. Follow up di tingkat ini penyimak mencapai pesan (menangkap pesan tersebut), dan mendiskusikannya. Contoh, pendidik menceritakan pada peserta didik tentang sebuah fabel yang berhubungan dengan budi pekerti. Peserta didik mendengarkan cerita pendidik kemudian mereka mencoba menerka/menarik ide pokok atau nilai budi pekerti dari fabel tersebut. Kebenaran hubungan dari fabel tersebut dengan kebenaran moral/akhlak sehari-hari sebagai follow up.
Evaluasi yang digunakan meliputi evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan selama proses mendengarkan sambutan/khotbah  maupun setelah proses pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah berlangsung. Evaluasi proses mendengarkan sambutan/khotbah secara umum dilaksanakan misalnya dalam bentuk tanya jawab, diskusi kelompok, saling penilaian saat menyampaikan isi ringkas sambutan/khotbah yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, diskusi kelas/klarifikasi, pengamatan terhadap kegiatan peserta didik ketika mengerjakan LKS, maupun dari hasil kegiatan peserta didik sewaktu latihan yang berupa penilaian psikomotor dan afektif. Sementara itu, evaluasi produk dilaksanakan melalui pelaksanaan penilaian psikomotor.
Evaluasi hasil idealnya dilakukan berdasarkan pengukuran kompetensi mendengarkan sambutan/khotbah secara langsung. Untuk itu penilaian hasil disusun berdasarkan identifikasi pengalaman belajar peserta didik dalam kegiatan mendengarkan sambutan/khotbah. Contoh evaluasi hasil tersebut disajikan berikut ini.
(1)   Kemukakan prosedur kegiatan mendengarkan sambutan/khotbah yang pernah kalian laksanakan!
(2)   Berikan contoh isian bagian penting topik-topik materi sambutan/khotbah!
(3)   Kemukakan kembali isi sambutan/khotbah dalam beberapa kalimat!
(4)   Kemukakan 3 butir tanggapan berkenaan dengan pemahaman isi sambutan/khotbah yang telah kalian peroleh.
 Contoh penilaian psikomotor, kognitif, afektif, dan portofolio sebagai berikut.
Tabel 2.1: Penilaian Proses Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah (Portofolio)
No.
Fokus Penilaian
Kategori
1
2
3
4
5
1.
Apakah peserta didik konsentrasi saat mendengarkan sambutan/khotbah?





2.
Apakah peserta didik mencatat bagian penting isi sambutan/khotbah?





3.
Apakah peserta didik mengerangkakan isi sambutan/khotbah?





4.
Apakah peserta didik memahami materi sambutan/khotbah?





5.
Apakah peserta didik dapat mengemukakan kembali isi sambutan/khotbah?





Skala nilai:
1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik.
Penilaian butir 1, 2, dan 3 dilaksanakan melalui pengamatan dan tanya jawab, sedangkan penilaian butir 4 dan 5 dilaksanakan melalui tanya jawab dan penilaian terhadap hasil pengerjaan latihan sebagaimana termuat dalam LKS.

Tabel 2.2: Penilaian Psikomotorik
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah
No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
ya
tidak
1








2








3








Aspek yang dinilai:
  1. Pokok-pokok sambutan lengkap skor 0-2
  2. Penulisan rangkuman menggunakan bahasa efektif dan kreatif skor 0-4
  3. Ekspresi, pelafalan, dan dalam penyampaian ringkasan isi sambutan skor 0-4
  4.  
Tabel 2.3: Penilaian Kognitif
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah
No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
ya
tidak
1








2








3








Aspek yang dinilai:
  1. Pokok-pokok isi sambutan sesuai dengan yang didengarkan skor 0-2
  2. Bahasa menarik dan kalimat efektif skor 0-3
  3. Pengembangan penalaran sesuai dengan pengalaman dan latar skor 0-4




Tabel 2.4: Penilaian Afektif
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah
No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
4
ya
tidak
1









2









3









Aspek Penilaian:
1.       Mendengarkan sambutan/khotbah tanpa suara skor 0-2
2.       Mencatat pokok sambutan dengan teliti skor 0-2
3.       Menulis pokok sambutan sesuai dengan EYD skor 0-2
4.       Menyampaikan pokok sambutan menarik dan singkat skor 0-4

Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah melalui Direct Listening Activity
Pada tahap pre listen, peneliti memfokuskan pada kegiatan siswa untuk membangkitkan skemata tentang “Halal Bihalal” melalui tanya jawab. Kegiatan mengungkap skemata siswa tersebut berlangsung dengan sangat menyenangkan, sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu tentang isi sambutan/khotbah melalui media Teknologi Informasi Komunikasi (CD). Guru sendiri yang menjadi model dalam sambutan/khotbah tersebut, sehingga siswa semakin penasaran ingin segera mendengarkan sambutan/khotbah tersebut. Guru harus jadi model bagi siswa dalam menyimak atau mendengarkan sambutan/khotbah (Laverentz, & Garman, 1987). Menurut Paley (1986:127) bahwa kunci untuk menjadi seorang model penyimak adalah rasa ingin tahu. Kegiatan tersebut dilakukan oleh guru sebagai peneliti dengan menggunakan metode inquiry, konstuktivisme, learning comunity, questioning, assessment authenthic, dan modelling secara berkelompok. Dikatakan penggunaan metode inquiry ini karena siswa mengamati penjelasan guru, siswa bertanya, mengajukan dugaan sementara tentang isi sambutan/khotbah, mengumpulkan data, menganalisis data dan merumuskan teori. Dikatakan penggunaan metode konstuktivisme karena siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna selama pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah pada saat pre listen. Dikatakan penggunaan metode learning comunity karena siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan pemahaman dan menyusun pertanyaan-pertanyaan sebelum mendengarkan sambutan/khotbah. Dikatakan penggunaan metode questioning karena siswa bertanya jawab tentang pemahaman selama pre listen dan dalam penyusunan pertanyaan-pertanyaan sebelum mendengarkan sambutan/khotbah. Dikatakan penggunaan metode assessment authenthic karena selama proses pre listen kegiatan siswa sudah dicatat dan dinilai oleh guru. Dikatakan penggunaan metode modelling karena siswa ditunjukkan tentang contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebelum mendengarkan sambutan/khotbah.
Pada tahap listen, siswa mendengarkan pokok-pokok isi sambutan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disusun sendiri. Siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan dan mendiskusikan dalam kelompok. Guru membimbing siswa untuk menulis pokok-pokok isi sambutan dan pesan pembicara. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh siswa sebagian besar hampir sama, karena mereka mencontoh pertanyaan dari yang dimodelkan oleh guru. Kegiatan ini dapat dimaklumi oleh guru, karena siswa masih pertama kali melaksanakan kegiatan ini. Pada siklus II diharapkan siswa dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan sendiri. Siswa mendaftar pertanyaan-pertanyaan itu untuk dipakai pedoman yang harus dilakukan saat mereka mendengarkan sambutan/khotbah. Beberapa siswa membuat kolom-kolom untuk memasukkan data yang didengarkan. Ada juga beberapa siswa yang membuat catatan-catatan yang tidak beraturan. Beberapa siswa ada yang mencatat rapi sekali sesuai dengan bagan pembukaan, isi, dan penutup.
Guru mengamati diskusi kelompok. Kelompok mendiskusikan hasil perolehan setiap siswa selama mendengarkan sambutan/khotbah. Seharusnya guru menggambarkan kolom-kolom di papan tulis untuk membantu siswa dalam menulis pokok-pokok isi sambutan/khotbah. Bila guru menggambar pengorganisir dengan kata-kata kunci, siswa akan terbantu untuk mengorganisir informasi setelah mendengarkan sambutan/khotbah. Guru hanya mengingatkan siswa tentang isyarat-isyarat dan verbal untuk mengarahkan perhatian siswa. Kegiatan ini sudah cukup membantu siswa dalam menulis pokok-pokok isi sambutan/khotbah dengan baik.
Menurut catatan lapangan, siswa sudah dapat menulis pokok-pokok isi sambutan/khotbah dengan baik, tetapi siswa belum dapat menulis pertanyaan sendiri untuk pedoman mendengarkan sambutan. Evaluasi dilaksanakan selama proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dituangkan dalam penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.
Guru mengadakan wawancara dengan beberapa orang siswa untuk menanyakan apakah isi sambutan/khotbah tadi sulit dipahami? Mereka umumnya merasa tidak ada kesulitan sama sekali.  Guru menanyakan kepada dua orang siswa yang beragama selain Islam tentang pembelajaran tersebut apakah ada kesulitan. Ternyata kedua siswa tersebut mengatakan tidak ada kesulitan.
Pembelajaran tahap follow up dilakukan dengan cara guru memahamkan cara menilai teman yang akan menyampaikan pokok-pokok isi sambutan secara lisan di depan kelas melalui diskusi kelompok masing-masing. Guru membagi lembar penilaian kepada kelompok masing-masing. Dengan Modelling guru menerangkan panjang lebar cara penilaian. Guru membuka kesempatan kepada siswa yang belum mengerti tentang penilaian. Ternyata siswa tidak ada yang bertanya, sehingga guru memutuskan bahwa semua kelompok mengerti cara penilaian tersebut.
Hasil ketuntasan kelas mencapai 97,30 %. Siswa yang tuntas sebanyak 36 orang, sedang siswa yang tidak tuntas hanya seorang. Batas ketuntasan minimal adalah 70. Kegiatan ini dimasukkan dalam penilaian psikomotor. Rata-rata kelas dalam penilaian psikomotor adalah 75.
Pada saat siswa mengadakan klarifikasi, ada yang menanyakan tentang bagaimana siswa yang belum tuntas. Guru akan memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk remidi setelah kelompok membimbing dia (tutor teman sebaya). Kemudian guru membagikan lembar portofolio kepada siswa. Siswa diminta untuk memberi tanda cawang pada kolom yang tersedia, dan mengumpulkan data portofolio tersebut.
Hasil penilaian afektif sebagai berikut: siswa yang mencapai A sebanyak 9 orang, siswa yang mencapai B sebanyak 22 orang, dan siswa yang mencapai C sebanyak 6 siswa. Pengisian portofolio selama 5 menit karena siswa hanya memberi tanda cawang saja. Semua portofolio dikumpulkan dan diserahkan kepada guru. Yang menjadi kolaborator di sini adalah siswa sendiri.
Kemudian guru memberi tes tertulis kepada setiap individual. Tes itu berupa siswa harus menulis ringkasan pokok-pokok isi sambutan/khotbah dalam beberapa kalimat (satu paragraf). Tes individual tersebut termasuk penilaian kognitif. Hasil penilaian kognitif mencapai ketuntasan 97,30 %. Batas ketuntasan minimal adalah 70. Siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 36 orang, sedang yang belum tuntas hanya seorang. Nilai rata-rata kelas dalam penilaian kognitif adalah 75 kualifikasi B (Baik) berarti berhasil.
Secara umum, pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah menunjukkan hasil yang baik walaupun belum maksimal. Rata-rata siswa pada tiap kelompok sudah terlibat dengan baik. Ini terbukti dari rekapitulasi tindakan rata-rata guru dan siswa menunjukkan
75 % dalam kualifikasi B (Baik) berarti berhasil.
Evaluasi dilaksanakan bersamaan pada saat proses pembelajarn. Evaluasi pembelajaran dituangkan dalam penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Siswa dilibatkan dalam penilaian psikomotor. Penilaian afektif diserahkan kepada siswa sendiri (self evaluation) yang berupa pengisian portofolio secara jujur.
Guru lupa memberitahukan bahwa tes individual tentang ringkasan isi sambutan/khotbah seharusnya menggunakan penalaran, sehingga siswa menulis ringkasan isi sambutan/khotbah tersebut tanpa penalaran. Hasil pengerjaan tes individual ini dimasukkan dalam penilaian kognitif.
Refleksi pembelajaran siklus I difokuskan pada tiga kategori, yakni (1) refleksi pada tahap perencanaan pembelajaran, (2) refleksi pada tahap pelaksanaan pembelajaran, (3) refleksi pada tahap evaluasi dalam pembelajaran proses yang dituangkan dalam penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.
Refleksi pada perencanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah sebagai berikut. Pertama, perencanaan pembelajaran yang berisi Rancangan Pembelajaran, Silabus dan Sistem Penilaian, Acuan guru dan siswa, LKS. Skenario pembelajaran yang dijabarkan dalam Rancangan Pembelajaran dan LKS perlu ditinjau kembali. Hal ini perlu dilakukan oleh guru karena proses pelaksanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dalam menyusun pertanyaan mengalami kesulitan. Siswa kebanyakan mencontoh pertanyaan yang sudah dimodelkan oleh guru. Bahkan beberapa siswa memakai contoh pertanyaan dari guru dalam proses mendengarkan sambutan/khotbah.
Refleksi pada tahap pelaksanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah diuraikan dalam tiga tahap, yakni pre listen, listen, dan follow up. Ketiga refleksi itu sebagai berikut. Pertama, refleksi pembelajaran mendengarkan sambutah/khotbah pada tahap pre listen sebagai berikut, (1) bimbingan guru pada saat menerangkan cara penilaian cukup baik, dan (2) mengungkap skemata siswa dengan tema “Halal Bihalal” kategori cukup. Siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan sebelum mendengarkan sambutan/khotbah setelah mendapat pengarahan dari guru mendapat kesulitan. Akhirnya, guru mengumumkan contoh pertanyaan-pertanyaan pada lembaran Acuan guru dan siswa. Kebanyakan siswa belum dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan sendiri.
Kedua, refleksi pembelajaran tahap listen. Dalam tahap ini kebanyakan siswa menggunakan pengambilan catatan. Pembuatan catatan membantu siswa menjadi pendengar-pendengar yang lebih aktif. Devine (1981:150) menggambarkan pembuatan catatan sebagai “merespon dengan pena di tangan”. Minat siswa dalam membuat catatan kategori cukup. Mereka dengan konsentrasi mendengarkan sambutan/khotbah sambil mencatat yang penting-penting. Apalagi tindakan guru membantu siswa untuk mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah. Guru membantu siswa dalam berdiskusi kelompok.
Ketiga, refleksi pembelajaran pada tahap follow up guru mempersilakan siswa untuk menyampaikan pokok-pokok isi sambutan/khotbah di depan kelas yang dinilai oleh kelompok lain. Kemudian guru mengadakan klarifikasi. Tahap penilaian dan klarifikasi tidak ada masalah dan berjalan dengan lancar dan cukup. Setelah itu guru membagikan lembar penilaian portofolio. Kemudian guru mengadakan tes tertulis secara individual.
Sesuai dengan refleksi pembelajaran di atas, temuan hasil siklus pada siklus I dikategorikan menjadi tiga, yakni (1) temuan penelitian pada tahap perencanaan pembelajaran, (2) temuan penelitian pada tahap pelaksanaan pembelajaran, dan (3) temuan penelitian pada tahap evaluasi yang dilaksanakan pada pre listen, listen, dan follow up.
Temuan penelitian pada tahap perencanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah sebagai berikut. Pertama, Rancangan Pembelajaran yang berupa langkah-langkah kegiatan pre listen, listen, dan follow up perlu diperbaiki karena saat penyusunan pertanyaan mendapat kesulitan. Menyusun pertanyaan ditiadakan dan diganti pertanyaan dari Acuan guru dan siswa. Siswa menggunakan pedoman pertanyaan dari Acuan guru dan siswa saja. Hal ini diperkuat oleh Tompkins, Frend, & Smith, (1987:39) bahwa menanyakan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan sebelum mendengarkan akan membantu siswa memilih suatu strategi belajar. Guru menjelaskan tujuan kegiatan mendengarkan sambutan/khotbah dan menyarankan tentang tipe strategi apa yang dapat digunakan oleh siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka. Hal ini didukung oleh Tampleton (dalam Farris, 1993) bahwa siswa harus diajari tentang strategi menyimak secara eksplisit dengan memberikan kesempatan yang cukup sehingga mereka menjadi lebih terbiasa menyimak. Ini cara terbaik, ketika siswa berpikir tentang suara dan kemudian memindahkannya menjadi tingkat yang lebih tinggi dari pengetahuan dan kemampuan menyimak. Kedua, materi mendengarkan sambutan/khotbah mendapat respon yang baik dari siswa.
Temuan penelitian pada tahap pelaksanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dengan strategi Direct Listening Activity dengan media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) sebagai berikut.
(1)   Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Pre Listen
(a)    Tingkat kemampuan siswa pada dua indikator menunjukkan keberhasilan 83 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil, dan tindakan guru pada dua indikator menunjukkan keberhasilan 83 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b)   Siswa dapat mengungkap skemata dengan kategori cukup, karena setiap Idul Fitri siswa selalu berjabatan tangan untuk saling meminta maaf kepada guru-guru yang menjadi tradisi di sekolah.
(c)    Situasi kelas sangat menyenangkan karena guru menciptakan situasi yang menyenangkan, sehingga setiap siswa tertawa saat guru menggoda apa  benar siswa tidak mencontek lagi saat ulangan.
(2)   Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Listen
(a)    Tingkat kemampuan siswa dalam tiga indikator menunjukkan keberhasilan 66 % kualifikasi Cukup, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar tidak berhasil. Adapun tindakan guru pada tiga indikator, menunjukkan keberhasilan 77 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b)   Kondisi kelas sangat kondusif dalam mendengarkan sambutan/khotbah. Semua siswa termotivasi untuk ingin segera mendengarkan sambutan/khotbah karena guru sendiri yang menjadi model.
(c)    Kebanyakan siswa menggunakan pengambilan catatan. Pembuatan catatan ini ternyata membantu siswa menjadi pendengar yang lebih aktif. Minat siswa dalam membuat catatan termasuk kategori cukup. Mereka dengan konsentrasi mendengarkan sambutan/khotbah sambil mencatat yang penting-penting. Apalagi tindakan guru memberi penguatan tersebut membantu siswa untuk mencatat pokok-pokok isi sambutan/ khotbah.
(d)   Guru membimbing siswa untuk menulis pokok-pokok isi sambutan/khotbah tanpa berkeliling.
(3) Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Follow Up
(a) Tingkat kemampuan siswa pada tahap ini dengan empat indikator menunjukkan keberhasilan 75 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil. Adapun tindakan guru pada tahap ini dalam empat indikator menunjukkan keberhasilan 75 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b) Pada saat penilaian antarsiswa situasi kelas dalam keadaan kondusif. Guru dibantu oleh kolaborator untuk memasukkan nilai dari tiap kelompok. Guru juga memantau cara siswa menilai temannya dalam kelompok lain. Guru mengarahkan dengan benar agar tidak ada siswa yang merasa dirugikan. Penilaian menjadi sangat transparan dari tiap kelompok, apalagi guru memberi komentar terlebih dahulu sebelum tiap kelompok memutuskan untuk memberi nilai teman yang tampil. Keputusan penilaian tiap siswa berada di tangan kelas dan guru. Penilaian tersebut dimasukkan dalam penilaian psikomotor. Hasil penilaian psikomotor menunjukkan rata-rata 75 dalam ketuntasan belajar 97,30 % kualifikasi Baik dan berhasil jika dilihat dari tingkat keberhasilan mengajar.
(c) Hasil penilaian afektif dalam pengisian portofolio menunjukkan sebanyak 9 siswa yang mendapat A, sebanyak 22 siswa yang mendapat B, dan sebanyak 6 siswa yang mendapat C.
(d) Hasil tes menunjukkan rata-rata kelas 75 dan dalam ketuntasan belajar 97,30 % kualifikasi Baik, dan berhasil jika dilihat dari tingkat keberhasilan mengajar.
Pembelajaran pada siklus II masih menggunakan tema “Halal Bihalal” bahkan kelanjutan dari acara pada siklus I. Pada siklus II guru lebih menekankan pada kegiatan penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh siswa sendiri pada tahap prelisten.
Pada tahap listen, siswa mendengarkan pokok-pokok isi sambutan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disusun sendiri. Siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan dan mendiskusikan dalam kelompok. Kegiatan ini diamati oleh guru dengan berkeliling. Guru berkeliling terus dan berusaha terlibat dalam diskusi kelompok-kelompok yang tampak kesulitan dalam menulis pokok-pokok isi sambutan dan pesan pembicara. Guru memberi petunjuk tentang catatan siswa yang ada untuk memasukkan data-data tersebut ke dalam kolom-kolom atau kelompok. Kegiatan ini cukup membantu siswa dalam menulis isi pokok sambutan dengan baik.
Pada pembelajaran tahap follow up guru membagi lembar penilaian kepada kelompok masing-masing. Guru mempersilakan setiap siswa untuk menyampaikan/membacakan pokok-pokok isi sambutan di depan kelas dengan singkat sekali. Teman lain dalam kelompok lain mendiskusikan tentang nilai siswa yang tampil di depan kelas tersebut. Umumnya mereka dapat menilai dengan baik sekali, berkat panduan dari guru. Hasil ketuntasan kelas mencapai 100 %. Siswa yang tuntas sebanyak 37 orang. Batas ketuntasan minimal adalah 70. Kegiatan ini dimasukkan dalam penilaian psikomotor. Rata-rata kelas dalam penilaian psikomotor adalah 87.
Kemudian guru membagikan lembar portofolio kepada siswa. Siswa diminta untuk memberi tanda cawang pada kolom yang tersedia, dan kolaborator mengumpulkan data portofolio tersebut. Hasil penilaian afektif sebagai berikut: siswa yang mencapai A sebanyak 31 orang, siswa yang mencapai B sebanyak 6 orang. Pengisian portofolio selama 5 menit karena siswa hanya memberi tanda cawang saja. Semua portofolio diserahkan kepada guru.
Kemudian guru memberi tes tertulis kepada setiap individual. Tes individual tersebut termasuk penilaian kognitif. Hasil penilaian kognitif mencapai ketuntasan 100 %. Batas ketuntasan minimal adalah 70. Siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 37 orang.  Nilai rata-rata kelas dalam penilaian kognitif adalah 84 kualifikasi B (Baik) berarti berhasil.
Secara umum, pembelajaran mendengarkan sambutan menunjukkan hasil yang baik. Rata-rata siswa pada tiap kelompok sudah terlibat dengan baik. Ini terbukti dari rekapitulasi tindakan rata-rata guru dan siswa menunjukkan 82 % dalam kualifikasi B (Baik) berarti berhasil.
Berdasarkan penilaian proses dengan penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif, peneliti memutuskan untuk mengadakan refleksi pembelajaran. Refleksi pembelajaran pada siklus II ini meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan  pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.
Refleksi pada perencanaan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah sebagai berikut. Pertama, perencanaan pembelajaran yang berisi Rancangan Pembelajaran, Silabus dan Sistem Penilaian, Acuan guru dan siswa, LKS. Skenario pembelajaran dijabarkan dalam Rancangan Pembelajaran dan LKS. Siswa sudah dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan sendiri yang dipakai sebagai pedoman dalam proses mendengarkan sambutan.
Refleksi pada tahap pelaksanaan pembelajaran mendengarkan sambutan diuraikan dalam tiga tahap, yakni pre listen, listen, dan follow up. Ketiga refleksi itu sebagai berikut.
Pertama, refleksi pembelajaran mendengarkan sambutan pada tahap pre listen dengan mengungkap skemata siswa dengan tema “Halal Bihalal” kategori baik. Siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan sebelum mendengarkan sambutan setelah mendapat pengarahan dari guru.
Kedua, refleksi pembelajaran tahap listen. Dalam tahap ini kebanyakan siswa menggunakan pengambilan catatan. Minat siswa dalam membuat catatan kategori baik. Mereka dengan konsentrasi mendengarkan sambutan sambil mencatat yang penting-penting. Apalagi tindakan guru membantu siswa untuk mencatat pokok-pokok isi sambutan.
Guru membantu siswa dalam berdiskusi kelompok. Siswa menulis pokok-pokok isi sambutan setelah berdiskusi dalam kelompok. Semuanya aktif sekali dalam berdiskusi dan menuliskan pokok-pokok isi sambutan.
Ketiga, refleksi pembelajaran pada tahap follow up sebagai berikut, (1) guru memahamkan tentang cara penilaian; (2) guru mempersilakan siswa untuk menyampaikan pokok-pokok isi sambutan di depan kelas yang dinilai oleh kelompok lain. Dalam penilaian tersebut termasuk penilaian psikomotor. Kemudian guru mengadakan klarifikasi. Tahap penilaian dan klarifikasi tidak ada masalah dan berjalan dengan lancar dan baik. Setelah itu guru membagikan lembar penilaian portofolio. Kemudian guru mengadakan tes tertulis secara individual.
Temuan penelitian pada tahap perencanaan pembelajaran mendengarkan sambutan sebagai berikut. Pertama, Rancangan Pembelajaran yang berupa langkah-langkah kegiatan pre listen, listen, dan follow up. Siswa sudah dapat menyusun kalimat sendiri. Kedua, materi mendengarkan sambutan mendapat respon yang baik dari siswa.
Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Pre Listen
(a) Tingkat kemampuan siswa pada dua indikator menunjukkan keberhasilan 100 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil, dan tindakan guru pada dua indikator menunjukkan keberhasilan 100 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b)   Situasi kelas sangat menyenangkan karena guru menciptakan situasi yang menyenangkan.

Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Listen
(a)    Tingkat kemampuan siswa dalam tiga indikator menunjukkan keberhasilan 77 % kualifikasi baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil. Adapun tindakan guru pada tiga indikator, menunjukkan keberhasilan 88 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b)   Siswa sudah dapat menyusun pertanyaan sendiri sebelum mendengarkan sambutan berkat bimbingan guru secara intensif.
Temuan Penelitian dalam Pembelajaran Tahap Follow Up
(a) Tingkat kemampuan siswa pada tahap ini dengan empat indikator menunjukkan keberhasilan 83 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil. Adapun tindakan guru pada tahap ini dalam empat indikator menunjukkan keberhasilan 100 % kualifikasi Baik, dan dalam tingkat keberhasilan mengajar berhasil.
(b) Hasil penilaian psikomotor menunjukkan rata-rata 87 dalam ketuntasan belajar 100 % kualifikasi Baik dan berhasil jika dilihat dari tingkat keberhasilan mengajar.
(c) Hasil penilaian afektif dalam pengisian portofolio menunjukkan sebanyak 31 siswa yang mendapat A, sebanyak 6 siswa yang mendapat B.
(d) Pada saat tes individual, siswa menulis di LKS yang tersedia dengan penalaran masing-masing. Hasil tes menunjukkan rata-rata kelas 84 dan dalam ketuntasan belajar 100 % kualifikasi Baik, dan berhasil jika dilihat dari tingkat keberhasilan mengajar.
Penelitian ini dilaksanakan hanya dua siklus karena terbatasnya waktu, tenaga, pikiran, dan dana.

Simpulan
Pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah yang dilaksanakan dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) menjadi meningkat. Peningkatan diperoleh karena pembelajaran dilaksankan sesuai dengan rencana pada tahap pre listen, listen, dan follow up. Secara rinci ketiga tahap itu dijelaskan sebagai berikut.
1)  Tahap Pre Llisten
Pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dapat meningkat dengan cara (1) siswa dipahamkan tentang Standar Kompetensi; Kompetensi Dasar; Indikator Pembelajaran; Silabus dan Sistem Penilaian; Rancangan Pembelajaran; LKS; Acuan guru dan siswa; petunjuk guru dan siswa; proses pembelajaran sambutan/khotbah dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) melalui tanya jawab (questioning). (2) Siswa dibimbing menyusun pertanyaan-pertanyaan sendiri untuk pedoman mendengarkan sambutan/khotbah, kemudian skemata siswa diungkap tentang tema Halal Bihalal. Kegiatan ini dilaksanakan dengan strategi questioning, modelling, inquiry, konstructivisme, learning comunity, reflection, dan authentic assessment.
2)  Tahap Listen
Pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dapat ditingkatkan dengan cara (1) siswa mendengarkan sambutan/khotbah dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disusun sendiri sebagai pedoman, (2) siswa dibimbing untuk mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah dengan cara guru menuliskan kata-kata kunci atau yang penting dalam kolom-kolom atau organisir-organisir, (3) siswa dibimbing untuk menulis isi pokok-pokok sambutan/khotbah di LKS yang akan dibacakan secara lisan di depan kelas yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain.
3)  Tahap Follow Up
Pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dapat ditingkatkan dengan cara (1)  memahamkan lagi cara penilaian teman yang akan tampil di depan kelas. Penilaian proses ini masuk dalam penilaian psikomotor. Siswa dilibatkan dalam penilaian psikomotor. (2) Siswa mengadakan klarifikasi baik cara penilaian maupun isi sambutan/khotbah. Kemudian siswa diminta dengan jujur mengisi penilaian portofolio dengan cara memberi tanda cawang. Penilaian proses tersebut dimasukkan dalam penilaian afektif. (3) Siswa melaksanakan tes tertulis individual dengan menuliskan ringkasan isi sambutan/khotbah di LKS dengan penalaran masing-masing. Penilaian ini dimasukkan dalam penilaian kognitif. Kegiatan ini berhasil karena guru melibatkan siswa dalam penilaian psikomotor dan penilaian afektif (self evaluation) dengan menyenangkan (Learning in a group, Learning to know each other deeply, Learning to ask, to inquiry, to work together, Learning as an anjoy activity, Learning in real life setting, Meaningful learning, dan Learning by doing) melalui strategi questioning, modelling, inquiry, konstructivisme, learning comunity, reflection, dan authentic assessment.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan pembelajaran sambutan/khotbah dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD), saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut.
(1)   Guru dapat meningkatkan pembelajaran  mendengarkan sambutan/khotbah dengan strategi Direct Listening Activity melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi (CD) dengan memperhatikan perencanaan yang tepat, pelaksanaan yang optimal, kerja sama dengan siswa sebagai kolaborator dengan cara memahamkan siswa terlebih dahulu cara pembelajaran sambutan/khotbah, disiplin waktu secara ketat sekali, dan menciptakan kelas yang alamiah dengan lagu-lagu kesukaan siswa secara kontekstual dan menyenangkan sekali.
(2)   Guru tidak boleh lupa menyampaikan tujuan mendengarkan sambutan/khotbah kepada siswa.
(3)   Guru dapat melibatkan siswa untuk penilaian psikomotor dan afektif dengan cara memahamkan siswa terlebih dahulu.
(4)   Hasil penelitian ini dapat disebarluaskan kepada guru bahasa Indonesia di SMA melalui MGMP agar dapat digunakan sebagai alternatif contoh tentang pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah dalam kondisi yang disesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing.










DAFTAR RUJUKAN

Angelo, Thomas A. (ed). 1991. Classroom Research: Early Lesson from Success. San Fransisco: Jossey Bass Inc. Publisher

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:McGraw-Hill Companies, Inc

Aronson, D. 1974. Stimulus Factors and Listening Strategies in Auditory Memory: A Theoretical Analysis. Cognitive Psychologi. 6 (1), 108-132

Cunningham, J.W., Cunningham, P.M., & Arthur, S.V. 1981. Middle and Seccondary School Reading. New York: Longman

Bogdan, Robert C, dan S.K. Biklen. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Method. Toronto: Allyn and Bacon Inc

Cox, Carole. 1988. Teaching Language Arts. A Student-and Response-Centered Classroom. Boston: Allyn and Bacon

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 SMA. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum

DePorter, Bobbi. 1999. Quantum Teaching. Terjemahan oleh Ary Nilandari. 2002. Bandung: Kaifa

DePorter, Bobbi, dan Hernacki, Mike. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa

Eanes, Robin. 1997. Content Area Literacy – Teaching for Today and Tomorrow. Washington: An International Thomson Publishing Company

Farris, Pamela j. 1993. Language Arts, A Process Aproach. Winconsin: Brown & Benchmark Publishers

Funk, M.D., & Funk, G.G. 1989. Guidelines for Developing Listening Skills. Reading Teacher, 42 (9), 660-663

Jacobs, L.B. 1986. Listening-A Skill We can Teach. Early Years, 17 (3), 109-110

Latif, Moh. Adnan. Edisi 2. 1998. Assessment dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jurnal Gentengkali, hlm. 2-4

McNiff, Jean. 1992. Action Research:Principles and Practise. London:Routledge

Moleong, Lexi J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya

Rofiuddin, Ahmad. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan.Makalah disajikan pada Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif Angkatan VI, Lembaga Penelitian IKIP Malang.  Malang, 9 Februari s.d. 12 Maret

Rubin, Dorothy. 1995. Teaching Elementary Language Arts-An Integrated Approach. Boston:Allyn and Bacon

Ruddel, Martha Rapp. 1993. Teaching Content Reading and Writing. Boston: Allyn and Bacon

Sukamto. 2000. Penelitian Tindakan (Action Research). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Stiggins, Richard J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company

Suyanto. 1996. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kesatu. Yogyakarta: UP3SDBP3GSD-UKMP.SD

Suyanto. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas: Pengenalan Penelitian Tindakan Bagian Kesatu. Jakarta: Depdikbud

Sukamto. 2000. Penelitian Tindakan (Action Research). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunika Jakarta

Tompkins, D. 1993. A Teacher`s Guide to Classroom Reseach. Buckingham: Open University Press

Tompkins, Gail, dan Hoskisson, Kenneth. 1995. Language Arts-Content and Teaching Strateies. Columbus: Merril Prentice Hall

Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching Practice and Theory. Cambridge: Cambridge University Press

Van Lier, Lex. 1988. The Classroom and The Language. New York: Longman Group UK Limited

Wallace, Michael J. 1998. Action Research for Language Teacher. New York: Cambridge University Press